Friday, May 18, 2012

Regrets (Part III)

Akhirnya Daniel memutuskan untuk pulang.
Meskipun aku sudah mengatakan bahwa aku baik-baik saja.
Tetapi dengan alasan...

"....kau adalah pasienku Vanessa.. tidak mungkin aku membiarkanmu begitu saja, disaat keadaanmu
tidak baik begini..." terangnya berulang-ulang. Aku rasa dia sudah mengatakan itu enam atau tujuh kali mungkin.

Kami berjalan dengan sangat lambat sekali. Dia memegang sikuku, berpikir... atau berharap mungkin? Kalau-kalau saja aku akan jatuh.

Selama perjalanan-yang-lambat-menuju-parkiran-itu, tak jarang dua-tiga orang memperhatikan kami.
Tukang asongan pinggir jalan yang menggoda kami, anak-anak kecil yang kejar-kejaran dan mengelilingi kami sambil berteriak, sedang kan ibu mereka sibuk mengobrol di kursi taman bermain. TIDAK KAH MEREKA BERNIAT MEMAKI DAN MENJAMBAK ANAK-ANAK INI KARENA MENGGANGGU ORANG LAIN?!!

Halaman sirkus ini luas sekali, berhadapan dengan lapangan parkir yang luas dan langsung menuju ke jalan raya. Kiri-kanannya sengaja di buka taman bermain, ada bianglala, rollercoaster, komedi putar... dan entahlah. Langitnya gelap sekali. Tetapi indah penuh bintang.

"Akan aku buka kan pintunya..." kata Daniel, sambil merogoh koceknya, dan mengambil kunci mobil, lalu membukakan pintunya untukku. Selama sepersekian detik itu, tidak sedetik pun dia melepaskan tangannya dari sikuku.

Aku masuk kedalam mobil, tidak berani memandangnya. Justru memandang lurus kedepan menembus kaca depan mobil. "Daniel, kau tau...."

"DANY!!" Seseorang teriak dari belakang. Daniel langsung menoleh, dan melepaskanku. Kurasa dia tidak mendengar kalau-kalau aku mau ngomong tadi! Jangan-jangan dia kira itu adalah cicitan tikus yang menyelinap ke dalam mobilnya, dan siapa tau siap ini dia akan menyemprotkan ... ahh sudahlah.

"Dany! Aku tidak menyangka kita akan bertemu di tempat seperti ini!" Kata seseorang yang berteriak tadi. Seorang wanita yang sangat rupawan. Model? hanya itu mungkin yang menggambarkan. Tinggi, langsing, ya ampun... kulitnya mulus sekali!
Hei-hei.. aku tidak menyentuhnya.. tetapi dia berdiri pas didepan pintu mobil dan berhadapan dengan Daniel... sangat dekat untuk dapat menilai semuanya.

Mereka berbincang dengan sangat lancar dan .. terlihat seru sekali.. ya seru sekali... sedangkan aku disini bagaikan kambing congek... mbikk.. mbikk..

"Ah! Ahaha.. siapa gadis yang bersamamu ini? Kekasihmu?" Tanyanya sembari melihatku, akhirnya salah satu dari mereka menyadari kehadiranku. Tunggu? aku tidak mengembik betulan kan tadi?

"Hahaha, aku lupa mengenalkan.. Tarra.. ini Vanessa... dan Vanessa.. ini Tara teman lamaku, sekaligus model terbaik..." canda Daniel, dan mereka tertawa sangat lepas. Sangat lepas. Sesuai dugaanku, dia seorang model.

Tarra melihatku, dan tersenyum. Cantik sekali. "Hai, Vanessa.. senang berkenalan denganmu..."
Aku hanya membalas senyum terbaikku, bila itu tidak justru terlihat seperti kambing.


Aku kira salah satu dari mereka terlalu merindukan satu sama lain sampai-sampai tidak ada yang berniat mengakhiri pembicaraan. 10.30 . Sudah satu jam setengah, dan tidakkah mulut mereka ..

"Vanessa, apakah kau keberatan bila kita mengobrol lebih lama di pinggir taman?" tanya Tarra, sambil menunjuk ke cafetaria kecil.

"Tidak, tidak.. Tarra... Vanessa, sedang dalam keadaan tidak baik.. dan aku harus mengantarkan dia pulang sesegera mungkin..." Potong Daniel dengan cepat.

"Yah, sayang sekali..."

"Tidak, aku baik-baik saja.. Ayo..." Kataku, turun dari mobil.

"Maaf sekali Tarra, .... " Potong Daniel lagi, menahanku untuk tetap dimobil.

"Ya sudahlah, ahaha maaf ya, Vanessa.. aku tidak tau seberapa buruk kondisimu, dan malah mengajak Daniel berbincang-bincang. Maaf sekali. Mungkin lain kali saja." Katanya sambil tersenyum.

"Besok, Tarra. Ditempat biasa." Jawab Daniel, lalu pergi meninggalkan Tarra, kembali ke mobil.

Aku membuka kaca, dan melambai kepadanya. Seiring dengan kepergian kami, aku tetap memandanginya dari jendela mobil, aku merasa bersalah dengannya. Langit diatasnya dipenuhi dengan kembang api.

Astaga! Kembang api!

"Daniel... kembang api!" aku berusaha semaksimal mungkin menahan suaraku agar tidak terlihat terlalu antusias dan kampungan.

"Ya, aku tau... setiap jam 11 selalu ada acara kembang api disini..." jawabnya datar.

SIAL!



No comments:

Post a Comment